- Judul: 食戟のソーマ (Shokugeki no Souma)
- Judul Alternatif: Food Wars!;
- Tipe: TV (April 2015)
- Genre: Comedy; Action(?);
- Episode: 24
- Rating: Strong Eroticism (Frequent Nudity)
- Sinopsis:
Begitu lulus SMP, meski awalnya Yukihira Souma bermaksud menghabiskan waktu guna mempersiapkan diri untuk meneruskan Rumah Makan Yukihira, ternyata ayahnya justru kemudian mengirimnya belajar ke Toutsuki Charyou Ryouri Gakuen, yaitu sebuah sekolah memasak elite yang hanya meluluskan segelintir orang setiap tahun. Percaya pada kemampuannya sendiri, Souma sangat yakin kalau dia akan bisa melewati Toutsuki tanpa banyak masalah dan bahkan dengan peringkat tertinggi, namun setelah bertemu saingan-saingan yang kuat dan menghadapi tantangan-tantangan yang berat, Souma pun menyadari bahwa masih banyak hal dalam dunia memasak yang belum dia ketahui.
Review:
- Cerita (Plot, Storyline, Storytelling, dll):
Latar belakang sehingga Souma masuk ke Toutsuki dan juga tujuan yang mesti dia capai selama berada di sana memang sudah langsung ditegaskan sejak awal, namun setelah itu, anime ini kemudian menjadi tidak lebih daripada serangkaian pertarungan memasak yang terus berulang. Relevansi dari latar belakang dan tujuan tadi semakin lama semakin berkurang, menyisakan hanya ego dan arogansi untuk memberi makna kepada hasil dari setiap pertarungan tersebut. Atau dengan kata lain, kemenangan tidak punya makna lain di dalam cerita kecuali sebagai alasan sesaat bagi salah satu tokoh untuk menyombongkan diri. Dan lebih buruknya lagi, ketika anime ini sengaja membuat rintangan yang mesti dihadapi Souma terlalu berat agar pertarungannya terasa menegangkan, hal ini justru berbalik menyebabkan semua hasil pertarungannya itu bisa dengan mudah diprediksi. Satu kekalahan hampir pasti akan menyebabkan dirinya dikeluarkan dari Toutsuki, maka bukankah itu sama saja berarti bahwa dia hampir pasti selalu harus menang?
Namun, terlepas dari masalah pada ceritanya, paling tidak anime ini benar-benar tahu bagaimana menyajikan setiap pertarungan sehingga senantiasa menarik untuk dilihat. Melalui berbagai event dengan aturan dan tantangannya masing-masing, dia selalu berhasil menyediakan arena dengan batasan yang jelas bagi para tokohnya dan juga dapat segera dimengerti oleh penonton. Dengan demikian, meski apa yang mereka lakukan di saat lain tidak banyak berarti, menyaksikan cara mereka memasak dan menantikan masakan seperti apa yang akan mereka ciptakan ketika sedang bertarung di arena tersebut tetap merupakan suatu kenikmatan tersendiri.
- Audio Visual (Art, Animasi, Voice Acting, dll):
Animasi pada masakan dan bahan-bahan makanan yang penuh dengan detil mampu mengundang nafsu makan dari siapapun. Lalu, apakah itu secara otomatis berarti bahwa anime ini telah memperlakukan setiap masakan yang dia tampilkan dengan selayaknya? Tidak, sayangnya tidak demikian. Sebab, meski reaksi berlebihan dari para tokohnya memang cocok sebagai komedi, mereka sesungguhnya tidak mengatakan apa-apa tentang rasa suatu masakan. Ya, mereka terlihat sangat menikmatinya, tetapi dengan ekspresi yang kurang lebih selalu sama dan metafora yang tidak masuk di akal, bagaimana penonton bisa ikut mengerti mengapa sampai masakan itu terasa nikmat? Dan hal ini semakin mengganggu karena penjelasan secara verbal juga bukan yang paling mudah dipahami. Kecuali barangkali sebagian kecil orang yang sudah pernah mencicipi makanan atau bumbu yang dimaksud dan mengetahui sendiri bagaimana rasanya, penonton lain yang harus bergantung kepada anime ini kemungkinan besar hanya akan terdiam kebingungan atas apa yang sebenarnya hendak dia sampaikan. Pada akhirnya, yang dilakukan anime ini adalah cuma sebatas membuat animasi yang bagus pada visualisasi masakannya, namun tanpa deskripsi yang memadai untuk juga mewakili bagian rasa, dia gagal dalam hal mengajak penonton agar menghargainya secara menyeluruh.
- Karakter:
Dari episode awal hingga episode akhir, dari yang selalu tampil hingga yang tidak begitu sering muncul, setiap tokoh di anime ini hanya memikirkan satu hal yang sama, yaitu untuk mengalahkan tokoh-tokoh yang lain. Mereka mungkin memiliki latar belakang yang bervariasi, seperti Mito Ikumi (Nikumi) yang jago dalam menangani segala jenis daging atau Aldini bersaudara yang ahli dalam membuat masakan Italia, tetapi selain dari menentukan jenis masakan yang mereka hasilkan, hal tersebut tidak berarti apa-apa dalam membentuk karakter mereka. Pada akhirnya, mereka semua sudah bisa disimpulkan dengan dua sifat utama, yaitu kepercayaan diri yang besar bahwa mereka mampu menjadi yang terbaik dan arogansi bahwa mereka memang pantas menjadi yang terbaik. Layaknya menyaksikan dua petinju yang saling menyerang dengan agresif, ini mungkin akan membuat segi pertarungannya terasa semakin seru, tetapi dari segi cerita, yang tampak hanyalah sekumpulan karakter yang monoton dan bahkan saling tumpang tindih.
Namun, setidaknya, masih terdapat pengecualian pada tokoh Tadokoro Megumi. Dibandingkan dengan tokoh lain yang cuma terus mengejar posisi teratas, situasinya yang lebih cenderung sekadar ingin 'bertahan hidup' di Toutsuki benar-benar memberi warna segar, sebab dia tetap memperlihatkan sisi manusiawi pada tempat yang begitu luar biasa sehingga seolah diperuntukkan hanya bagi para dewa. Lalu, cara berpikirnya yang juga mempertimbangkan manfaat suatu makanan bagi tubuh selain hanya teknik yang tinggi dan penampilan yang indah seketika melahirkan nuansa yang berbeda pada setiap masakan yang dia ciptakan. Sungguh patut disesalkan bahwa anime ini tidak menjadikan Megumi tokoh utama, karena dengan perjuangan yang lebih nyata dan keunikan yang lebih jelas, kisahnya tentu lebih mengundang rasa ingin tahu dan jauh lebih menarik untuk diikuti.
- Overall Score:
Dapur adalah arena pertarungan. Dan mungkin oleh karena itulah, anime ini kemudian berusaha keras agar setiap adegan memasak di dalamnya benar-benar tersaji sebagai suatu pertarungan yang seru dan menegangkan. Sayangnya, meski berhasil pada bagian ini secara khusus, dia ternyata mengesampingkan bagian-bagian yang lebih umum, sehingga jalan ceritanya terasa sangat repetitif dan karakter para tokohnya masih tampak terlalu mirip satu dengan yang lain. Jika anda termasuk seseorang yang gemar akan memasak dan segala hal tentang masakan, informasi seputar bahan makanan dan cara memasak yang rinci merupakan nilai plus yang dapat menjadikan anime ini tempat belajar yang baik dan tidak kaku, namun jika anda adalah seseorang yang lebih awam yang juga ingin tahu tentang kisah sang tokoh di balik suatu masakan, anime ini mungkin belum cukup memuaskan. Nilai 7,5 dari 10 (Good action, but repetitive story)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar