- Judul: 変態王子と笑わない猫。 (Hentai Ouji to Warawanai Neko.)
- Judul Alternatif: HenNeko; "Hentai" Prince and the Stony Cat.;
- Tipe: TV (April 2013)
- Genre: Comedy; Romance; Supernatural;
- Episode: 12
- Rating: Mild Violence (Physical Harm) and Strong Eroticism (Suggestive Themes and Pictures)
- Sinopsis:
Karena sudah terbiasa, Yokodera Youto akan secara otomatis menciptakan alasan bohong untuk melindungi dirinya. Hal ini menyebabkan dia tidak lagi bisa jujur bahkan ketika dia harus. Pada saat yang sama, Tsutsukakushi Tsukiko merasa bahwa dia terlalu mudah menunjukkan perasaan pada wajahnya, dan berharap agar dia bisa menyembunyikannya lebih sering. Mereka berdua memiliki sifat yang tidak mereka butuhkan, maka begitu mendengar bahwa ada sebuah patung Dewa Kucing yang mampu memindahkannya ke orang lain, mereka pun bergegas berdoa di sana. Namun, meski harapan mereka terkabul, situasi mereka ternyata sedikit pun tidak menjadi lebih baik. Youto akan tanpa sadar mengucapkan setiap pikiran erotis yang muncul dalam benaknya, sementara Tsukiko kini sama sekali tidak bisa lagi berekspresi. Mereka akhirnya memutuskan membatalkan permintaan mereka, tetapi untuk itu, pertama-tama mereka harus menemukan orang yang menerima sifat-sifat yang sudah mereka buang sebelumnya.
Review:
- Cerita (Plot, Storyline, Storytelling, dll):
Anime ini tidak memiliki kerangka cerita yang dipersiapkan dengan baik. Permulaannya yang tentang perjuangan Youto untuk mendapatkan kembali kepura-puraannya memang cukup unik, namun setelah itu, anime ini seperti tidak tahu harus melakukan apa. Ceritanya kehilangan tujuan, mengulang-ulang masalah yang sewarna hanya pada tokoh yang berbeda dengan detil yang baru ditambah-tambahkan kemudian, begitu kebingungan hingga bagian penting lain dari permulaannya, yaitu tentang Tsukiko dan ekspresinya, pun akhirnya diabaikan sepenuhnya. Lebih buruk lagi, anime ini juga mengulang-ulang pola cerita yang sama setiap kali -- ada yang mengharapkan sesuatu, harapan itu dikabulkan dalam cara yang tidak diinginkan, dan kekacauan pun terjadi. Tidak banyak variasi dalam bagaimana dia membangun cerita, maka ketika sampai di kasus yang ketiga dan para tokohnya masih melakukan kesalahan yang sama dengan meminta hal-hal yang tidak masuk akal, anime ini pun segera kehilangan daya tariknya. Atau apakah ini memang dimaksudkan hanya sebagai bagian dari komedinya? Sepertinya tidak, sebab pada kenyataannya, anime ini masih memiliki pesan di dalamnya. Pesan seperti "Hati-hati dengan apa yang kau harapkan" atau "Lebih baik jadi diri sendiri". Dan itu berarti, dia masih menginginkan penonton agar memperhatikan ceritanya. Sayangnya, bagaimanapun juga penonton coba mencari, cerita anime terasa hampa tanpa makna.
- Audio Visual (Art, Animasi, Voice Acting, dll):
Visualnya bagus, tetapi yang lebih menonjol pada anime ini adalah voice-acting-nya. Tidak ada sesuatu yang baru atau menakjubkan, tetapi setidaknya voice-acting ini berhasil menjadikan komedinya, yang mungkin adalah bagian paling penting dari anime ini, terasa selucu yang semestinya. Nada datar suara Tsukiko, Azusa yang tergagap saat panik, dan kedua sisi Tsukushi -- semuanya menyenangkan untuk didengar setiap kali.
- Karakter:
Permintaan seperti apa yang akan mendorong seseorang untuk memohon langsung kepada dewa? Kekayaan? Kesehatan? Bagaimana kalau hal yang tidak masuk akal seperti agar tidak bisa berpura-pura? Ya, permintaan konyol mungkin merupakan bagian dari komedi anime ini, tetapi dia juga menunjukkan bahwa anime ini memang tidak banyak menaruh perhatian pada karakterisasi tokoh-tokohnya. Mengapa? Karena keunikan karakter-karakter mereka hanya dimunculkan sesuai kebutuhan ceritanya sebelum kemudian dibuang lagi jika sudah tidak diperlukan lagi, tidak menetap secara permanen pada tokoh-tokoh tersebut. Sebagai sistem perlindungan otomatisnya, kepura-puraan tersebut awalnya digambarkan sebagai hal yang sangat penting bagi Youto, tetapi setelah kasus pertama dalam ceritanya selesai, dia mendadak menjadi tidak begitu penting lagi. Sistem otomatis itu tiba-tiba menghilang, dan Youto pun bisa tidak berpura-pura. Inkonsistensi serupa juga terjadi pada karakter tokoh-tokoh lainnya, seperti Tsukiko yang seharusnya tidak bisa berekspresi sesekali masih bisa berekspresi, dan Azusa yang seharusnya trauma karena dibohongi temannya mendadak sembuh total seolah tidak pernah menderita trauma itu sebelumnya. Dan hasilnya, ketika kondisi-kondisi unik mereka sudah tidak penting lagi, tokoh-tokoh anime ini pun kehilangan apa yang membuat mereka berbeda dan akhirnya menjadi karakter-karakter generik yang sudah terlalu sering ditemukan dalam genre komedi romantis.
- Overall Score:
Berhati-hatilah atas apa yang anda harapkan .... Paling tidak, pesan tersebut yang awalnya anime ini ingin sampaikan. Namun dengan cerita yang diulang-ulang dalam pola yang selalu sama, pesan itu akhirnya hilang, tercecer di suatu tempat, dan anime ini pun menjadi benar-benar terasa hampa. Hanya bagian komedinya, meski mungkin akan terlalu jorok bagi sebagian orang, yang kemudian masih menyediakan unsur hiburan pada anime ini. Nilai 7 dari 10 (Repetitive pattern)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar