- Judul: 絶園のテンペスト (Zetsuen no Tempest) ~The Civilization Blaster~
- Judul Alternatif: Blast of Tempest;
- Tipe: TV (Oktober 2012)
- Genre: Action; Supernatural; Romance; Comedy;
- Episode: 24
- Rating: Mild Violence (Physical Harm and Animated Blood); Mild Eroticism (Suggestive Pictures)
- Sinopsis:
Fuwa Aika ditemukan tewas terbunuh. Kakak tirinya, Fuwa Mahiro tidak bisa menerima kematian Aika dan pergi menghilang setelah bersumpah untuk menemukan pembunuhnya. Sebaliknya, meski merupakan pacar rahasia Aika, Takigawa Yoshino memilih untuk pasrah. Namun kemudian, Mahiro kembali, dan bekerja sama dengan seorang gadis penyihir bernama Kusaribe Hakaze yang sedang terkurung di suatu pulau terpencil, sebagai ganti bantuan untuk mencari pembunuh Aika, dia kini terlibat dalam sebuah pertempuran antara dua pohon suci, yaitu Hajimari no Ki dan Zetsuen no Ki. Yoshino pun akhirnya ikut membantu Mahiro, dan semakin banyak mereka mengetahui latar belakang pertempuran tersebut dan rahasia di balik kematian Aika, semakin mereka menyadari bahwa keduanya ternyata saling terhubung.
Review:
- Cerita (Plot, Storyline, Storytelling, dll):
Jelas terinspirasi oleh karya-karya William Shakespeare seperti "Hamlet" dan "The Tempest", tanda-tanda kemiripan dengan sebuah drama panggung memenuhi anime ini. Hal-hal semacam monolog yang panjang dari para tokohnya atau dramatisasi yang disengaja pada setiap insiden. Secara umum, ini sama sekali bukan sesuatu yang buruk, tetapi mengadaptasinya begitu saja ke dalam bentuk serial TV tampaknya bukanlah pilihan tindakan yang benar. Pada serial TV, setiap episode harus memiliki bobot yang seimbang, dan sayangnya, monolog panjang serta dramatisasi insiden tadi menyebabkan cerita anime ini berjalan terlalu lambat, sehingga kemudian terdapat beberapa episode yang tidak memberikan apa-apa kepada penonton kecuali sebagai perpanjangan dari episode sebelumnya. Sebenarnya, plot anime ini sendiri sangat bagus. Takdir tragis yang mengikat Yoshino, Mahiro, Hakaze, dan Aika dapat membuat bahkan Shakespeare sendiri bangga. Dan perselisihan Hajimari no Ki dan Zetsuen no Ki ternyata menjadi sebuah ide menarik tentang tes psikologi untuk memilih antara kesederhanaan yang damai dan peradaban yang kacau. Hanya saja, anime ini gagal menyampaikannya dengan baik. Ceritanya akhirnya terasa jauh lebih rumit dari yang seharusnya, dan ditambah dengan laju yang lambat, kebanyakan penonton mungkin akan terlanjur bosan sebelum sempat menemukan alasan untuk menghargai anime ini.
- Audio Visual (Art, Animasi, Voice Acting, dll):
Dramatisasi adalah kekuatan utama anime ini, dan dengan penggunaan yang pandai atas baik media audio maupun visualnya, dia mampu untuk secara efektif menghubungkan dirinya dengan emosi penonton. Percikan darah dalam slow motion, pose para tokohnya, lambaian helai rambut di setiap gerakan, atau butiran-butiran salju yang beterbangan di udara. Dengan tingkat perhatian terhadap detil yang cukup tinggi seperti ini, setiap momen terasa lebih bermakna. Sementara, musik orkestra yang mengalun di latar menjadikan bahkan konfrontasi yang paling kecil sekalipun terlihat bukan sekadar adu fisik ataupun opini, melainkan laksana sebuah bagian dari suatu kisah yang epik.
- Karakter:
Meski memiliki tokoh-tokoh yang tidak jelas seperti Evangeline dan Junichirou, setidaknya empat tokoh utamanya ditulis dengan sangat baik. Seperti yang telah disebutkan, drama di antara Yoshino, Mahiro, Aika, dan Hakaze pantas untuk diikuti hingga beberapa kali. Ini adalah karena karakter mereka disusun saling melengkapi. Sifat Mahiro yang agresif berlawanan dengan sifat Yoshino yang pasif, namun laksana kutub Urara-Selatan magnet mereka juga secara alami saling tarik-menarik satu sama lain. Hal yang serupa juga terjadi antara kepolosan Hakaze dengan Aika yang sedikit licik. Lalu, jika Aika menemukan apa yang dia butuhkan pada Yoshino dan Mahiro, Hakaze juga menemukan apa yang tidak dia miliki pada mereka berdua. Sebagaimana banyak karya Shakespeare diingat sampai hari ini karena tokoh-tokohnya, keempat tokoh ini dan hubungan di antara mereka pulalah yang akan paling lama bertahan di dalam benak penonton.
- Overall Score:
William Shakespeare. Walaupun bukan penggemar literatur, paling tidak anda tentu sudah pernah mendengar nama tersebut. Dari tragedi seperti Romeo and Juliet dan Hamlet, hingga komedi seperti The Comedy of Errors dan Much Ado About Nothing, karya-karyanya telah ditampilkan di atas panggung berulang kali dan diadaptasi ke berbagai media lain. Anime ini mengaguminya, dan kini coba mengangkat sebuah kisah yang bernuansa serupa. Dalam segi audio visual dan karakterisasi, dia sebenarnya bisa dikatakan telah berhasil, namun sayangnya, dia gagal menyajikan cara bercerita yang sama memukau. Membagi satu pertunjukan panggung ke dalam episode-episode menjadikannya terasa berjalan terlalu lambat dan bahkan berpotensi membosankan. Meski demikian, jika anda bersedia bersabar mengikuti ceritanya sampai akhir, secara keseluruhan anime ini mungkin saja masih mampu menghibur anda dengan sebuah drama yang penuh kejutan. Nilai 8 dari 10 (Good drama, weak storytelling)
DVD@Amazon:
- Volume 1
- Volume 2
- Volume 3
- Volume 4
- Volume 5
- Volume 6
- Volume 7
- Volume 8
- Volume 9
- Volume 10
- Volume 11
- Volume 12
Takigawa Yoshino b*ngs*t. udah dpt 2 heroine, padahalkan yg berjuang fuwa mahiro. tambah lagi calon pacarnya mahiro yg ada di Manga gk ada pula di animenya. Sedih + Kesel.
BalasHapus