- Judul Alternatif: Oda Nobuna's Ambition; The Ambition of Oda Nobuna;
- Tipe: TV (April 2012)
- Genre: Action; Romance; Historical;
- Episode: 12
- Rating: Strong Violence (Occasional Bloody Scenes) and Mild Eroticism (Suggestive Pictures)
- Sinopsis:
Sagara Yoshiharu tiba-tiba mendapati dirinya terlempar ke tengah-tengah suatu pertempuran pada Zaman Sengoku. Kinoshita Toukichiro (Toyotomi Hideyoshi) yang menyelamatkannya ternyata kemudian terbunuh, maka ketika Oda Nobuna, sang Daimyou dari Owari memanggilnya Saru, julukan yang seharusnya dimiliki Kinoshita Toukichiro, Yoshiharu pun merasa bahwa dia mesti mengambil posisinya sebagai orang kepercayaan Oda Nobuna. Namun, dengan pengetahuan yang dia bawa dari masa depan, Yoshiharu yakin kali ini mampu menjadikan keadaan Zaman Sengoku lebih baik daripada apa yang dia ketahui di dalam sejarah.
Review:
- Cerita (Plot, Storyline, Storytelling, dll):
Bagaimana seandainya Oda Nobunaga adalah seseorang yang lebih welas asih? Bagaimana seandainya Imagawa Yoshimoto tidak tewas di Okehazama dan justru menjadi Shogun? Lebih dari sekadar mengganti gender dari tokoh-tokoh ternama, anime ini memberi versi alternatif dari sejarah yang sudah dikenal. Bagaimana seandainya Zaman Sengoku lebih banyak berisi kisah romantis daripada tragedi? Mungkin ada terlalu banyak detil yang berubah sehingga tidak cukup bisa diandalkan sebagai sumber referensi sejarah, tetapi tampaknya anime ini memang tidak pernah bermaksud seperti itu. Anime ini hanya ingin mengangkat sisi paling menarik dari Zaman Sengoku, yaitu heroisme Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi (yang di sini digantikan oleh Yoshiharu), untuk membuatnya bahkan semakin menarik lagi. Dan harus diakui, anime ini berhasil dengan baik, terutama ketika dia, meskipun membelokkan hasil dari setiap insiden besar, tetap mampu mengarahkan ceritanya ke insiden besar berikutnya. Hal ini menyebabkan para penonton secara otomatis tidak akan pernah berhenti penasaran apa yang mungkin berbeda dari keping-keping sejarah yang mereka ketahui.
Namun, tentu saja, efek positif ini cuma berlaku bagi orang-orang yang memang menyukai kisah Zaman Sengoku, sedangkan bagi mereka yang kurang familiar, anime ini mungkin hanya akan terlihat sebagai sebuah kisah romantis biasa dengan lubang-lubang yang cukup serius. Mulai dari kurangnya penjelasan tentang bagaimana dan mengapa Yoshiharu sampai datang ke masa lalu hingga jalan cerita yang terasa melompat-lompat dari satu insiden ke insiden besar selanjutnya, anime ini bahkan berpotensi membingungkan. Sebagian mungkin berpikir bahwa anime ini paling tidak dapat memicu ketertarikan seseorang pada sejarah, tetapi sejujurnya, jika seseorang itu sejak awal memang tidak merasakan romansa pada Zaman Sengoku, anime ini pun tidak akan mampu berbuat banyak untuk mengubah pendapatnya.
- Audio Visual (Art, Animasi, Voice Acting, dll):
Audio visual yang memuaskan. Meski bukan yang terbaik, animasi aksi-aksinya masih terbilang sangat bagus, terutama pada pertempuran-pertempuran besar di medan perang. Kecepatan pasukan berkuda yang merangsek pertahanan musuh, ayunan halberd yang membelah udara, rangkaian tembakan senapan yang menggelegar di pegunungan--anime ini benar-benar tahu bagaimana menghidupkan momen-momen tersebut hingga terasa nyata. Memang masih ada ruang untuk perbaikan, tetapi sedikit banyak anime ini dapat dijadikan contoh bagaimana membuat anime yang menampilkan pertempuran berskala besar.
- Karakter:
Pada satu sisi, karakter di anime ini punya masalah. Meski sebagai penggemar Zaman Sengoku, sikap Yoshiharu yang sebegitu mudahnya menerima kenyataan bahwa dia tiba-tiba terlempar ke masa lalu dan sebegitu gampangnya mengumumkan kepada semua orang bahwa dia datang dari masa depan terasa sangat tidak realistis dan bahkan kekanak-kanakan, seperti dibuat sebagian besar hanya untuk menyerupai sifat-sifat terkenal dari Toyotomi Hideyoshi yang dia gantikan daripada menjadi karakter tersendiri. Namun pada sisi lain, meski mungkin mereka terlalu cute untuk berada di Zaman Sengoku yang seharusnya penuh peperangan dan kekacauan, para gadisnya cukup berhasil melepaskan diri dari penggambaran tokoh-tokoh ternama yang mereka gantikan, menjadikan mereka karakter-karakter independen yang dipersiapkan dan kemudian bisa sepenuhnya dikembangkan dengan baik. Beruntung, anime ini lebih banyak terfokus pada karakter para gadis dan Zaman Sengoku, sementara identitas Yoshiharu sebagai seseorang dari masa depan hanya sedikit berpengaruh, sehingga masalah yang terdapat padanya pun kurang lebih dapat diabaikan.
- Overall Score:
Karena jalan cerita yang melompat-lompat dari satu insiden ke insiden berikutnya dengan cuma sedikit atau bahkan tanpa penjelasan apapun yang menghubungkan mereka, anime ini seperti ditujukan hanya bagi sebagian orang tertentu yang familiar dengan sejarah Zaman Sengoku. Namun, jika anda memang termasuk di dalam sebagian orang tersebut, anime ini menawarkan versi alternatif yang setidaknya cukup menarik dan menghibur untuk dibandingkan dengan sejarah yang asli. Nilai 8 dari 10 (History in the making)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar