Announcement

Selamat datang di AOI Casket!
Sebuah tempat di mana anime dilihat dengan antusias, ditelaah dengan seksama, dan kemudian dinilai dengan serius.

Sabtu, 14 Januari 2017

SHUUMATSU NO IZETTA

- Judul: 終末のイゼッタ (Shuumatsu no Izetta)
- Judul Alternatif: Izetta, the Last Witch;
- Tipe: TV (Oktober 2016)
- Genre: Action; Super Powers;
- Episode: 12
- Rating: Strong Violence and Strong Eroticism (Occasional Nudity)
- Sinopsis:
Setelah Kekaisaran Germania tiba-tiba saja mengobarkan perang di Eropa, sebagai Puteri dari Kerajaan Eylstadt yang jauh lebih kecil dan lemah, Fine tidak mampu berbuat apapun untuk melindungi wilayahnya ketika kini Germania bermaksud menyerang mereka. Namun, tanpa sengaja dia bertemu kembali dengan Izetta, gadis penyihir terakhir yang masih hidup, dan karena dirinya pernah diselamatkan oleh Fine di masa lalu, Izetta kemudian bersumpah menggunakan seluruh kekuatan sihirnya untuk balas membantu Fine dan menyelamatkan Eylstadt.

Review:

- Cerita (Plot, Storyline, Storytelling, dll):
Ceritanya mengalir dengan lancar dan dalam laju yang cepat namun konsisten, sehingga penonton benar-benar akan dapat hanyut bersama atmosfer yang menyesakkan dari perang yang menelan Eylstadt, nuansa urgensi yang terus mendesak para tokohnya untuk melakukan sesuatu meski kadang termasuk tindakan yang ekstrem, dan sensasi bahaya yang selalu membayangi para tokohnya setiap waktu. Jalan ceritanya juga ditulis dengan sangat baik, sehingga setiap tahapan dalam perkembangan cerita menjadi mudah dipahami dan nyaman untuk diikuti. Proses bagaimana Izetta berubah dari seorang gadis yang tidak dikenal sampai menjadi pahlawan legendaris Eylstadt terasa masuk akal, dan demikian pula halnya dengan reaksi Germania atau negara-negara lain atas keterlibatannya di dalam perang kemudian. Satu-satunya kelemahan yang tampak dari cerita anime ini adalah pada bagian flashback yang masih terkesan canggung dan tidak mampu membaur dengan baik bersama jalan cerita, seperti ketika anime ini menggambarkan latar belakang perang dalam bentuk film dokumenter atau ketika Izetta mengungkapkan saat dia dan Fine pertama bertemu dengan cara menjelaskannya kepada dirinya sendiri. Namun, jumlah flashback semacam ini tidak banyak, maka efeknya terhadap keseluruhan cerita pun bukan hal signifikan yang perlu dikhawatirkan.

- Audio Visual (Animasi, Dialog, Voice-Acting, dll):
Baik animasi 2D untuk para tokohnya maupun animasi CG pada persenjataan atau kendaraan-kendaraan perangnya disajikan dengan baik, dan meski tidak sempurna, penggabungan keduanya pun cukup memuaskan. Anime ini juga menunjukkan kemampuan sinematografi yang luar biasa, dengan sudut gambar yang fleksibel untuk menjaga agar setiap adegan senantiasa menyampaikan sebuah cerita dan bukan sekadar memperlihatkan serangkaian kejadian. Sementara itu, pada bagian audio, anime ini menggunakan musik latar secara efektif, tidak hanya untuk memperjelas emosi di dalam masing-masing adegan, tetapi juga untuk memperhalus transisi di antaranya supaya selalu terkesan sebagai satu cerita yang berkesinambungan. .... Hanya saja, mungkin anime ini kemudian agak berlebihan dalam mengandalkan musik latarnya. Di beberapa adegan, dia seolah memaksa untuk memasukkan musik latar meski sebenarnya tidak dibutuhkan, sehingga akhirnya musik tersebut justru terdengar bersaing dengan sound effects atau dialog para tokohnya. Sebenarnya bukan masalah yang terlalu besar, namun bagaimanapun juga, hal ini tetap berpotensi mengganggu pada momen-momen yang semestinya menegangkan.

- Tokoh/Karakter:
Mengapa seorang gadis polos seperti Izetta sampai mengingkari janji kepada nenek yang telah membesarkannya, melanggar larangan sebagai seorang penyihir, dan bahkan membahayakan nyawanya sendiri di dalam perang? Dia membutuhkan alasan yang benar-benar kuat, dan syukurlah, penggambaran hubungannya dengan Fine, yang sederhana namun sangat jelas, mampu menyediakan alasan tersebut. Setelah pernah diselamatkan oleh Fine baik secara fisik maupun mental, siapapun akan langsung mengerti mengapa Izetta kemudian berani melakukan semua yang dia lakukan. Pada saat yang sama, meski para tokoh lain sekilas terlihat seolah tidak dikembangkan cukup dalam, mempertimbangkan bahwa mereka adalah orang-orang yang sedang berperang, profil mereka yang terbatas mungkin justru merupakan pilihan yang tepat. Hal ini membantu melukiskan situasi mereka yang selalu terdesak dan tergesa-gesa -- bahwa kondisi mereka terlalu sulit dan waktu mereka terlalu sempit untuk sempat menampilkan diri mereka yang sesungguhnya. Lagi pula, dengan membiarkan tokoh-tokoh yang lain tetap kabur dalam wilayah periferal, anime ini juga berhasil menjaga agar ceritanya senantiasa fokus berkisar hanya pada kisah Izetta dan Fine.

- Overall Score:
Meski sebagian orang mungkin akan menilainya cuma berusaha memberi warna mistik pada salah satu titik monumental dalam sejarah, sesungguhnya anime ini hanya ingin bercerita tentang dua orang gadis yang berjuang melawan kencangnya angin peperangan. Bukan tentang kaum penyihir atau pun Kerajaan Eylstadt, melainkan tentang Izetta dan Fine dan hal-hal yang mereka pertaruhkan. Dan anime ini mampu menyampaikan kisah tersebut dengan sangat baik, melalui storytelling dan karakterisasi yang benar-benar menggambarkan mereka sebagai dua orang gadis di dalam suatu perang yang sedang berkecamuk. Memang sesekali masih ada gangguan pada bagian audionya, tetapi secara keseluruhan anime ini merupakan sebuah drama yang memuaskan dengan aksi-aksi yang seru. Skor 9 dari 10 (Recommended!)


DVD/Blu-ray:

Goods:
- Nendoroid: Izetta
- CD Music: Soundtrack

Tidak ada komentar:

Posting Komentar