Laman

Jumat, 27 November 2015

GAKKOUGURASHI!

- Judul: がっこうぐらし! (Gakkougurashi!)
- Judul Alternatif: School-Live!;
- Tipe: TV (Juli 2015)
- Genre: Horror; Drama;
- Episode: 12
- Rating: Mild Violence and Strong Eroticism (Occasional Nudity)
- Sinopsis:
Takeya Yuki, Ebisuzawa Kurumi, Wakasa Yuuri, dan Naoki Miki merupakan anggota dari Gakuen Seikatsu-bu (Klub Kehidupan Sekolah), yang kegiatan utamanya adalah tetap tinggal di sekolah meski semua pelajaran telah berakhir. Paling tidak, itu yang mereka pilih untuk percaya. Namun pada kenyataannya, mereka hanyalah empat orang terakhir yang masih selamat di SMU Megurigaoka setelah para guru dan murid lain tewas dan kini berubah menjadi zombie. Beruntung, gedung sekolah mereka rupanya memiliki fasilitas yang luar biasa lengkap dengan pembangkit listrik, pemurni air, dan bahkan sumber makanannya sendiri, sehingga mereka pun kemudian dapat terus melanjutkan hidup cukup dengan tetap bertahan di sekolah.

Review:

- Cerita (Plot, Storyline, Storytelling, dll):
Bertahan hidup setelah dunia berakhir sambil tetap menjalankan berbagai aktivitas klub di sekolah seperti biasa? Sekilas hal ini mungkin terdengar konyol, tapi, kenapa tidak? Jika mereka memiliki semua sumber daya yang dibutuhkan dan mereka sendiri juga bersepakat melakukannya, cerita anime ini pun sama sekali bukan sesuatu yang mustahil. Namun, masalah kemudian muncul ketika anime ini bermaksud mengubah jalan ceritanya ke arah yang lebih serius, bahwa para tokohnya ternyata bukan sekadar melanjutkan hidup hari demi hari, melainkan juga masih selalu dikejar-kejar oleh zombie. Sebab setelah menghabiskan begitu banyak porsi dari durasinya hanya memperlihatkan sekelompok gadis yang bermain dan bersenang-senang, entah secara sadar atau tidak, anime ini perlahan tapi pasti menyebabkan situasi apocalypse yang menjadi settingnya terkesan remeh. Meski memang masih cukup efektif untuk menghasilkan momen-momen menegangkan yang sesekali hadir, pada akhirnya dia cuma menjadi tidak lebih daripada seperti terik matahari di musim panas atau udara dingin di malam hari, yaitu suatu kondisi fixed di latar belakang yang harus diterima oleh para tokohnya namun tidak akan banyak mempengaruhi mereka. Akibatnya, sewaktu anime ini tiba-tiba memasukkan kembali situasi tersebut ke dalam jalan cerita utama, nuansa tragedi yang hendak disampaikan nyaris tidak terasa. Para tokoh yang semestinya berada dalam bahaya dan panik karena dihadapkan pada pilihan yang sulit pun tampak seolah hanya seperti sedang mengeluh atas udara panas atau menggigil kedinginan -- melewati tantangan-tantangan sepele saat mereka terus melakukan aktivitas klub. Jika tujuan awalnya adalah memang sebagai sebuah kisah tragedi, seharusnya anime ini menjaga agar atmosfer ancaman terhadap kehidupan para tokohnya senantiasa relevan, sehingga perjuangan mereka pun akan terkesan lebih nyata, yang tentu saja dapat mengundang simpati penonton untuk lahir secara alami.

- Audio Visual (Art, Animasi, Voice Acting, dll):
Anime ini sangat kesulitan menyampaikan nuansa tragis dari ceritanya, dan kegagalan dalam menyajikan hal-hal yang seharusnya merupakan kejutan secara visual juga sedikit pun tidak membantunya. Demi menekankan betapa dahsyat perubahan keadaan pada seorang tokoh, cara yang sering digunakan oleh anime ini adalah dengan memperlihatkan secara khusus keadaan normal tokoh tersebut sebelum segala hal tentangnya menjadi kacau. Bagi mereka yang memiliki mata waspada, bukankah ini sama saja dengan preview atas apa yang akan segera terjadi? Dan betapapun menyedihkan suatu adegan, efeknya tidak akan maksimal apabila penonton sudah bisa menduga adegan itu pada satu atau bahkan beberapa episode lebih awal. Meski tidak kemudian berarti bahwa seluruh cerita anime ini dapat dengan mudah ditebak, bagian-bagian yang paling diharapkan akan menggugah perasaan ternyata tidak pernah berhasil melakukannya.

- Tokoh/Karakter:
Yuuri yang bijak, Kurumi yang pemberani, dan Yuki yang ... selalu berpikiran positif -- walaupun tidak pernah diperlihatkan dengan gamblang, mereka sebenarnya memiliki peran masing-masing, dan kombinasi mereka secara teori bisa saja menciptakan hubungan saling mendukung yang selanjutnya memungkinkan mereka untuk bertahan melewati masa sulit. Namun, pada saat yang sama, sikap positif dari Yuki tadi dibuat terlalu berlebihan hingga dia seolah tidak pernah mengenal pikiran negatif. Anime ini memang coba menggunakan masalah pada kondisi mentalnya sebagai alasan untuk membenarkan hal tersebut, tetapi bagaimanapun juga, hidup hampir sepenuhnya di dalam khayalan dengan mengabaikan semua kenyataan yang buruk sambil tetap beraktivitas seperti biasa adalah sesuatu yang terasa sangat mengada-ada. Dan meski terbilang sukses memberi anime ini pembukaan cerita yang bagus, selain itu dia tidak lagi mempunyai fungsi apa-apa. Wajar namun sekaligus tidak wajar -- ini tentu terdengar aneh, tetapi memang demikianlah yang dilakukan anime ini terhadap karakter Yuki. Di satu sisi dia membantu menjadikan ceritanya terkesan masuk akal, namun anehnya, di sisi lain dia juga menjadikannya sangat meragukan.

- Overall Score:
Bukan cuma sekadar cerita horor, tampaknya tujuan utama anime ini adalah sebuah kisah tragis tentang empat orang gadis yang harus bertahan hidup di sekolah. Namun, berulang kali dia selalu gagal mewujudkannya. Cara bercerita yang terlalu lama mengesampingkan elemen bahaya, visualisasi yang merusak hampir semua kejutan, dan juga karakterisasi tokoh yang tidak wajar -- anime ini melakukan kesalahan demi kesalahan hingga tidak pernah ada emosi yang sempat muncul secara alami dari ceritanya. Menyaksikan para tokohnya menganggap semua hal sebagai aktivitas klub mungkin masih punya daya tarik tersendiri, tetapi jika anda berharap lebih daripada itu, anime ini tidak akan mampu mengabulkannya. Nilai 7,5 dari 10 (Failed tragedy)


DVD/Blu-ray:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar